Kamis, 26 November 2009

tugas cerpen

- dengan hujan -

Motor mio ku terus melaju . aku tetap menyetir kendaraan ini. Walau di temani air yang tertutup masker serta helm. Aku terus memaksa bibir ini untuk tetap tersenyum. Meski hal yang tak pernah ku bayangkan terjadi di depan mata ku, tapi itu semua benar benar terjadi. Aku baru saja menampar orang yang pernah menjadi sesuatu yang paling sepesial bagi diri ku. Seseorang yang pernah menemani hari hariku.
Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan di siang itu. Tak ada yang bisa menemani ku. Tak ada yang bisa ku mintai saran nya saat itu. Aku terus memandang ponsel Sony Ericsson ku. Gambar, video, pesan atau apa pun yang berhubungan dengan nya terus ku lihat. Sambil terus terisak.
Mungkin kalian sedikit bingung dengan apa yang aku bcarakan. Hal itu hanyalah suasana hati ku saat usai melihat hal yang tak pernah aku bayangkan sebelum nya. Hal yang tak pernah kuduga akan terjadi. Kepercayaan yang kudapat dari seorang pria lembut, seketika hilang begitu saja. Hanya dengan beberapa detik kejadian. Yang membuat hati ku sedikit terluka. Atau mungkin banyak.


Sabtu, 22 november 2008. SMA Budi Karya
Kriiiiiiing …
“ haloo .. aku lagi di jalan, sabar sedikit kenapa. Ini juga udah mau sampai!” klik
Telfon ku matikan. Karena kesal dengan Dana yang terus saja menelfon ku untuk segera datang ke sekolah. Karena kami ( Dana , Andre , Dia dan aku ) harus segera pergi ke rumah Egin, untuk latihan drama yang akan di tampil kan besok. Sesampai nya di depan sekolah. Aku bergegas turun dari mobil dengan wajah malas.
“Ras! Kamu ga bawa motor ?! ” sambut dana saat aku baru sampai dan langsung melotot mlihat ku turun dari mobil dan salim dengan ayah ku.
“Eng.. engga Dan, Emang kenapa ?” saut ku sambil menggeleng.
“ Aduuuuuuh “ Dana memegangi kepala sambil menatapku tajam
“ Kamu mau naik apa ke rumah Egin? Aku Cuma bawa motor satu dan itu ga mungkin kan di naikin empat orang ? sekalipun kalian semua pake helm juga pasti akan di tilang. Kalo kamu naik angkot ke rumah Egin kamu harus jalan lebih jauh lagi. Kamu mau naik taksi ? bawa duit ga ? “ cerocos Dana dan bla bla bla ga aku dengerin semuanya.
“bawel deh ah . yauda kalian duluan aja dulu . tar aku nyusul ! aku minta anterin siapa kek gitu. “ cela ku di tengah omelan Dana yang membuat aku kesal.
Aku pergi meninggalkan Dana Andre dan Dia. Walau sesungguh nya aku tak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku hanyalah berjalan menyusuri jalan depan sekolah ku melewati beberapa kumpulan siswa yang datang ke sekolah pada hari sabtu.
“ Ras! Mau kemana?”
Aku menoleh dan mencari dari mana asal suara yang menyebutkan nama ku itu. Ternyata April. Anak kelas XII ipa 3 serta kaka-kaka kelas ku lainnya yang sedang berkumpul disebuah warung dekat sekolah.
“ oh Aplril. Kenapa pril? Aku mau ke rumah teman ku. tapi ga ada yang nganterin. Mau anterin aku ga ? “
tanpa basa-basi aku langsung meminta nya untuk mengantar ku.
“Emang rumah nya siapa ? dimana rumah nya ras ? “
“ Rumah nya Egin . di Villa Anggrek . aku ga bawa uang sama sekali pril. Anterin yaaa. Pliiis “ pinta ku sambil berharap April bersedia dengan senang hari mengantar ku ke rumah Egin.
“ Aaah jauh ras. Aku ga ada bensin, cantik. Maaf yaa “
“ Hmm yaudah deh makasi yaa. Duluan ya pril, duluan yaa semuaa “
“ Iyaaa “ saut seluruh kaka kelas ku yang berada di warung itu
Aku melanjut kan langkah ku, sambil menendang botol Yakult yang aku temukan tergeletak di tengah jalan. Belum sampai 10 meter aku meninggalkan kumpulan kaka kelas ku itu. Sekali lagi terdengar suara yang memanggil ku. Dan aku sudah tahu dari mana sumber nya.
“Raaaaas! Iraaaaaaaaaaaas!! “
“Kenapa pril?” Toleh ku dengan wajah yang lemas
“Jadi mau di anterin gaaa ?” ucapan April kali ini membuat kubegitu senang (karena tak perlu berjalan lebih jauh lagi dari ini)
“Serius pril? Alhamdulillah. Yaudah ayolah cepat.” Ucap ku yang begitu semangat
“Iya iyaa. Tapi ga sama aku yaa. Sama temen ku aja. “
“Yaaaah. Siapaa? “
“Yooo. Tyooo. Ini Iras. Ras, ini Tyo..” ucap April saling memperkenalkan kami
“Tyo.” Sepatah kata yang keluar dari sesosok pria tinggi berkulit hitam manis yang terlihat lucu dengan gigi nya yang memakai kawat behel.
“Iras.” Sapa ku penuh dengan senyum kepada teman April itu
Walaupun sedikit malas dengan orang yang baru ku kenal ini. Namun apa boleh buat, lebih baik dari pada aku diamuk masa oleh seluruh anggota kelompok ku.


Sejak kejadian itu, entah dari mana Tyo endapatkan nomor ponsel ku (pasti April). Kami pun sering melakukan hubungan satu sama lain. Via pesan atau pun telephoning. Dan tanpa di duga, kami menjadi selayak remaja lain nya. Kami pun saling suka menyukain.
Hingga akhirnya pun, kami menjalin kasih. Tak ada yang kami beri tahu tentang hubungan ini. Hingga akhirnya teman teman kami bertanya dan mencari tahu kebenaran yang ada. Walau sebenarnya rasa kegembiraan itu tak bisa di pendam lama lama. Tuhan menjawab hati ku. Semua orang pun tahu tentang hubungan kami. Dan kami pun merasa menjadi orang yang paling bahagia di dunia ini ( itu lah opini setiap orang yang sedang merasakan betapa indah nya sesosok rasa yang sering di sebut dengan cinta )
Seiring jalan nya waktu. Kami terus menjalin hubungan itu. Yang di awali dengan kebahagian yang begitu indah, dan dijalani dengan berbagai pertentangan mengenai apapun itu. Yaa. Kami memang terus memperdebatkan hal hal kecil yang terkadang menjadi suatu masalah yang besar

Senin, 15 juni 2009.
kriiiiiiinggg.. kriiiiiiinggg..
“haloo.. kenapa lagi yo ?”saut ku malas. Saat mengangkat telfon dari Tyo
“Ko nanya nyagitu sih kamu ? aku kan Cuma mau ngomong sama kamu.”
“Gitu kenapa sih? Aku ga maksut marah – marah”
“ Ya tapi ga usah jutek gitu dong sama aku. “
“Yaudahlah. Terserah kamu. Aku lagi males debat.”
Klik
Itu lah isi perbincangan kami setiap harinya. Penuh dengan perdebatan, penuh dengan perselisihan, dan penuh dengan hal kecil yang lagi-lagi membuat masalah yang semakin besar.

Sesungguhnya, jika kalian ingin tahu tentang kami berdua. Kalian akan menganggap salah satu dari kami adalah orang yang sangat menyebalkan, dan kalian juga akan menganggap mengapa salah satu dari kami bisa menjadi sangat lembut di balik sikap ego kami yang sama sama tinggi, serta tak pernah mau mengalah.
Aku pernah di ajak makan oleh Tyo. Karena aku ingin pergi dengan nya, walaupun sebelum nya aku sudah mempunyai janji sengan sepupu- sepupu ku. Dan harus membuat mereka semua kecewa. Demi Tyo. Namun hingga malam datang, Tyo tak kunjung muncul untuk mengetuk pintu rumah ku dan menjemput ku pergi dari rumah.
Aku pun pernah di tampar oleh nya (kalian pasti akan menilai buruk tentang Tyo. tapi tunggu lah). Aku tak tahu itu di sengaja atau tidak. Tapi yang aku ingat aku sedang duduk di halaman rumah temanTyo, yaitu Aldi. Dan kemudian Tyo datang menghampiri dengan skate nya dan dengan tangan terbuka lebar sambil mengarahke pipiku dan lalu PLAK.
Yaaa lumayan sakit. Saat itu juga hati dan pipiku terasa sakit. Walaupun ia meminta maaf pada ku berkali-kali. Yang lagi lagi membuat ku tak sanggup untuk marah kepadanya.
Tyo adalah seorang anak yang pendiam. Namun selalu aktif dalam kegiatan apapun. Ia sangat senang bermain skate. Dan aku sangat mengetahui hal itu. Walaupun di cerita ini Tyo sangat lah menyebal kan. Tapi Tyo sangat meiliki hati yang lembut dan rela melakukan apa saja yang ia anggap itu benar.
Saat aku bertengkar dengannya, hari itu terasa sangat tak nyaman. Di lengkapin dengan terjadinya kecelakaan dengan salah satu sahabat terbaikku. Hari itu hati ku sangat terombang ambing. Pikiran ku tak pernah fokus sedikit pun. Hingga aku memutuskan untuk pulang dan istirahat di rumah (hampir sehari penuh aku berada di rumah sakit). Di tengah perjalanan lagi-lagi hujan membasahi langkah ku. Aku berteduh di sebuah warung pinggir jalan. Saat itu lagi-lagi diriku tak fokus. Aku merasa takut dan dingin yang begitu mendalam. Jalan terlihat sepi tanpa satu orang pun yang melalui jalan setapak itu. Hingga akhirnya aku melihat mio putih yang mendekat ke warung itu. Sepertinya ku kenal, Tyo, yaa itu Tyo. Apa yang anak itu lakukan? Hujan, tanpa sweater, hanya helm yang melindunginya.
Ia menghampiri ku dan mengajakku pulang. Aku merasa sangat nyaman, aman, terlindungi dan hangat di balik tubuh nya yang sedang menyetir. Aku tahu, ia mencariku sejak siang tadi.tanpa sweater?dan di temani hujan?
Terkadang aku tak percaya Tyo yang keras kepala dan menyebalkan itu melakukan ini semua hanya untuk ku. Aku mengenal Tyo. Dan sepertinya bukan hal yang mustahil bagi nya untuk melakukan hal kecil seperti ini. Sejak saat itu. Hubungan kami terus membaik dan membaik. Perdebatan yang menjadi sarapan sehari hari pun kini mulai menghilang. Aku merasa sangat nyaman dengan nya.
Hingga suatu hal terjadi dan merusak mimpi indah kami berdua


Minggu, 27 september 2009. J.CO
Siang itu aku di minta Tyo untuk menemani nya, dengan tujuan menenangkan hati Tyo yang baru saja bertengkar hebat dengan kaka nya
“Cuma kamu yang bisa nenangin hati aku.” Ucap nya lembut. Sambil meniup coffe milk miliknya. Kata-kata itu tentu saja membuat diriku terasa terbang menembus dinding dan atap tempat itu.
“kamu kenapa sih sama kaka kamu yo ?” Tanya ku memulai pembicaraan.
“Udah deh kamu ga usah ikut campur masalah orang ya ras.”
“Aku Cuma mau tau yo. Bukan mau ikut campur masalah kamu.”
“Yaudah kamu jadi orang ga usah pengen tau urusan orang lain deh.” Bentaknya
“Aku Cuma mau Tanya doang yo! Ga lebih! Kamu tuh ngeselin tau ga! Setiap di ajak omong baik baik selalu aja ngajak berantem. Cape tau ngomong sama kamu lama-lama !” suara ku yang teriak berbarengan dengan menetesnya air mata dipipiku bergema di ruang itu
“Emang Cuma kamu doang yang cape ? aku juga cape ras! Aku lagi ada masalah. Kamu jangan bikin masalahku tambah ribet yaa!”
“Yaudahlah terserah kamu! Sekarang kamu udah tenang kan? Sekarang aku yang mau nenangin diri. Permisi!”
Aku beranjak pergi meninggal kan Tyo di sudut ruangan. pertengkarang kecil yang ku kira tak akan terulang lagi, kini kembali terjadi. Seperti biasa, bila bertengkar dengan Tyo. Aku selalu saja pergi ke rumah Dia, sahabat yang sering di sebut kembaran ku (karna kami memang mirip)

Sore itu hujan kembali datang dan menemaniku dalam kegelisahan. Entah mengapa, setiap terjadinya konflik antara aku dan Tyo, hujan akan selalu setia menemaniku. Bagaikan film layar lebar atau puisi tentang cinta yang selalu berhubungan dengan hujan.
Aku yang duduk di teras drumah Dia hanya dapat terdiam. Memperhatikan pergerakan hujan yang jatuh dari langit menuju tanah, seperti air mata ku yang jatuh ke tanah juga. Terdiam, dan terisak sambil mengingat apa yang terjadi siang itu dan semua yang terjadi sebelumnya, hari-hari semenjak aku mengenalnya.
“kamu kenapa lagi sih sama Tyo? Berantem terus.” Cela Dia di tengah ayunan kursi goyang milik ayah nya.
“gapapa ko di” jawabku pelan
“Mau kamu bohongin aku kaya apa juga aku juga tetep tahu ras. Kalau kamu itu lagi berantem sama Tyo. Dan kamu ga pernah bisa sembunyiin itu semua dari aku. Ras! Kamu tuh terlalu baik sama Tyo. Kamu udah terlalu cape ras. Bukan bermaksut untuk menghasut atau apa. Tapi emang itu faktanya, dan kamu harus memikirkan itu semua.”
Aku tak menjawab sepatah kata pun perkataan Dia yang panjang itu. Diriku begitu lelah. Hati, otak, pikiran, tubuh, hingga nurani ku begitu lelah dan sakit untuk melakukan aktivitasnya masing masing. Berkali kali kucoba untuk mengeluarkan sepatah kata. Namun mulutku terus terkunci.


Sejak saat itu. Hubungan kami entah menjadi apa. Aku melakukan berbagai aktifitas hari-hari ku dengan senyum, yang bekerja sebagai tirai penutup bagi tangis ku. Tanpa Tyo yang tak lagi menemani ku dan hari hari panjang ku.
Aku tahu dan mengerti, bahwa Tyo tak akan mungkin meminta maaf pada ku bila bukan aku yang meminta maaf terlebih dahulu. Kuputus kan untuk kerumah Aldi. Karena Tyo pasti akan ada di sana

Kamis, 26 November 2009. Rumah Aldi
“Permisiiii.. Aldi” ucapku pelan di depan rumahnya
Aku semakin yakin Tyo berada di rumah ini, karena mio putih yang selalu ia gunakan terparkir rapih di sudut halaman rumah Aldi.
“Iyaaa.. eh ras. Nyari Tyo yaaa? Di dalem ko, masuk aja ras.” Sambut Aldi saat melihatku di depan rumahnya.
“iyaa di, sebentar. Hmm.. “ aku sedikit menengok keatas, untuk melihat keadaan langit.
“kenapa ras?”
“gapapa di. Sepertinya akan hujan yaa. Yaudah lah. Aku masuk yaa di.”
“oh iyaa ras. Ayoo.”
Belum berapa langkah aku melewati pintu masuk. Aku disuguhi dengan pemandangan indah yang mengerikan. Tyo, dan sesosok perempuan putih berambut sebahu. Di satu sofa. Disudut ruangan.
Aku terdiam tanpa mengambil tindakan apapun. Aku tetap berdiri, hingga setetes air bening yang jatuh lewat pipiku menetesi lantai rumah Aldi. Aku tetap terdiam. Hingga..
“ras. Kenapa?” Tanya Aldi yang melihat ku terpaku
“Iras?!” cela Tyo
Tyo menyadari kehadiran ku dan berlari kecil kearah ku. Aku hanya mundur selangkah karena diriku begitu lemah untuk melakukan sesuatu.
PLAK! Tangan ku melayang ke pipi merahnya. Aku keluar dari ruangan itu, keluar dari rumah Aldi, dan keluar dari segala peristiwa yang ada. Aku bergegas pergi. Walaupun hujan mulai menghapus jejak ku. Sehangat pelukan hujan saat ia lambaikan tangan. Selembut belaian badai saat ku palingkan arah. Tenang wajah ku berbisik. Ini lah waktu yang tepat tuk berpisah.

S E L E S A I


Semua yang kalian baca beberapa saat lalu hanyalah sebuah cerita yang menceritakan tentang sepasang remaja yang mulai memiliki perasaan lain terhadap lawan jenis nya. Bukan ingin mengikuti sinetron atau cerita berlebihan lain nya yang sering muncul di layar kaca. Namun cerita ini hanyalah tugas bahasa Indonesia yang di tugaskan untuk membuat sebuah cerpen. Walaupun sedikit menyebalkan.
Cerita ini tidaklah memiliki maksut ataupun tujuan apa apa. Terimakasih telah membaca.

Senin, 31 Agustus 2009

teman

hallo blog
saya ingin mengungkap kan apa yang ada di dalam benak saya
setelah memberi sebuah nasihat kepada temen sayaa.

saya pernah mengalami kegagalan dalam suatu hal
bukan percintaan (karena pengalaman saya yang belum banyak)
bukan juga pekerjaan (karena saya masih sekolah dan belum bekerja)
tapi tentang bagaimana saya memilih , mendapat , menjalani , di jauhi , menjauhi , menyendiri , hingga rasa tak butuh akan sebuah sesuatu yang bernama 'teman'

setelah yang semua saya jalani setelah sekian lama (empat belas tahun , waktu yang singkat) saya hidup di dunia ini sebagai seorang anak kecil yang beranjak remaja (bukan dewasa)
saya pernah mengalami cukup banyak (untuk usia saya) pengalaman yang berbeda beda, diantaranya sebuah cerita tentang 'temen' hingga 'sahabat'

sejak saya duduk di bangku sd tepat nya kelas 6. saya tidak mempunyai banyak teman. bahkan bisa di hitung dengan jari. itu semua bukan karena saya adalah anak yang kuper atau pun apa. tapi karena sifat saya lah yang jelek. entah itu apa hingga sekarang pun saya masih tidak mengetahuinya. selama hampir satu semester setengah saya di jauhi. saya biarkan apa yang mereka ingin kan. hingga teman teman saya sendiri yang datang dan meminta maaf ke saya dan menyadari apa yang saya katakan selama ini tentang seorang teman saya yang cenderung negatif dari pada positif tanpa perlu saya yang meminta mereka untuk menemani saya.

lalu saat saya duduk di kelas 3 smp saya di jauhi teman teman saya lagi. di akibat kan karena katanya saya yang suka main main dengan cowo (istilah nya "suka gonta ganti") saya tidak tahu apa yang mereka katakan itu benar benar saya lakukan atau tidak karena mungkin saya memang tidak pernah sadar dengan apa yang saya lakukan. dan lagi lagi saya diamkan, saya biarkan apa yang ingin mereka lakukan lakukan lah. hingga mereka mendatangi saya, dan bertanya ada apa dengan saya sehingga saya melakukan semua itu dan mengapa saya menjauh. karena memang saya yang menjauh sebelum di jauhkan. saya jujur dan katakan apa yang sesungguh nyaa. ada satu teman saya yang begitu mengerti dan paham terhadap saya. namun ia sedikit terhasut oleh yang lain. dan akhir nya kembali mempercayai saya. dan teman teman saya pun kembali bermain bersama saya

dari dua hal itu saya membuat sebuah kesimpulan
kita tidak perlu bersedih hati di kala teman sedang menjauhi kita. tidak perlu bersedih juga.
karena kita tidak perlu mencari cari teman dengan ratapan bersedih, karena tak perlupun kita mencari sebuah teman. orang orang pun yang akan mencari kita untuk meminta menjadi teman yang paling baik :)